Pengantar pendidikan (Manusia sebagai makhluk monoprularis dan monodualis)

MAKALAH
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK MONOPRULARIS DAN MONODUALIS








DOSEN PEMBIMBING
Ratno Abidin S.pd., M.pd
PENYUSUN OLEH
Nur Hayati Yusuf 20181114020

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PGPAUD
2018
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................
Tujuan...................................................................................................
Manfaat.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................













KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manusia Sebagai Makhluk Monodualis dan Monopluralis
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itudengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikyang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berahrap semoga makalah tentang Manusia Sebagai Makhluk Monodualis dan Monopluralis ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi pembaca








Surabaya, 30 Oktober 2018-11-01
Penyusun


(NUR HAYATI YUSUF)




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentuk dari sabang sampai merauke, penuh dengan bermacam-macam suku, adat istiadat, beraneka ragam bahasa. Semua itu di persatukan oleh sebuah asas yang kita kenal dengan Pancasila. Pancasila tidak hanya sebagai simbol atau hanya sekedar lambang, tetapi Pancasila memiliki arti lebih. Negara Indonesia adalah Negara yang di landasi Pancasila, di dasarkan ideologi pancasila yaitu, mendirikan sebuah negara hanya semata-mata untuk wujudkan sebuah tatanan masyarakat yang sejahtera, makmur dan sentosa. Menyatukan semua elemen yang berbeda beda untuk menuju pada kesepakatan, dan kesepakatan itu yang di junjung tinggi untuk berlangsungnya sebuah Negara yang damai dan saling menghargai satu sama lainnya. Bahwa tujuan tersebut adalah “kontrak sosial” antar Negara dengan rakyatnya, dan Negara sebagai organisasi yang mengatur, berkewajiban untuk membawa rakyatnya kepada tujuan yang di maksud, tanpa laki-laki menghilangkan hak-hak rakyatnya sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, karena rakyatlah yang memiliki negara, bukan negara yang memiliki rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya etika dan perilaku yang di cerminkan oleh rakyat Indonesia. Etika dan perilaku tersebut berkaitan erat dengan sif di manusia sebagai makhluk monodualis dan makhluk monopluralis. Manusia harus menempatkan diri di posisi yang benar demi saya langsungkan kehidupan negara yang saya jadikan cita-cita itu sejak terbentuknya negara Indonesia.
Monodualis adalah suatu paham yang menganggap bahwa hakikat sesuatu adalah merupakan dua unsur yang terkait menjadi satu kebulatan. Manusia di ciptakan oleh yang Maha Kuasa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, hal ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain karena kedua unsur ini bersifat mutlak. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.
Monopluralis adalah paham yang mengakui bahwa bangsa indonesia terdiri dari berbagai unsur beraneka ragam, seperti suku, adat dan budaya, agama namun semuanya terkait menjadi satu kesatuan. Paham dimana suatu kerangka interaksi yang mana setiap kelompok penampilan rasa hormat dan toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembauran)
Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinyasendiri (internal individu), namun di sisi lain manusia juga berkedudukan sebagai makhluk sosial kaitannya dengan individulain dalam masyarakat. Manusia sebagai makhluk individualis mempunyai kepentingan yang dapat di perjuangkan sendiri tanpa memikirkan manusia lain, sedangkan manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat tentunya harus menaati peraturan atau norma serta nilai yang berkembang dan di taati bersama oleh mayarakat sekitar. Manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat berkewajiban menaati peraturan dan budaya yang berkembang dalam masyarakat tersebut. layaknya peribahasa “di mana bumi di pijak, di situ langit dijunjung”, seperti itulah kedudukan manusia dengan nilai dan norma dalam masyarakat.
 Nilai merupakan konsep-konsep umum tentang sesuatu yang di anggap baik, patu, layak, pantas yang keberadaannya di cita-citakan,di inginkan, dihayati, dan di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga suku, bangsa, dan masyarakat internsional.
Nilai dan normayang berkembang pada masyarakat tidak serta merta begitu saja di pahami dan di anut oleh individu atau anggota masyarakat, melainkan harus melalui proes belajar. Proses belajar yanag di alami individu dalam konteks ini adalah sosialisasi baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat secara luas (sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder).
Melalui proses sosialisasi anggota masyarakat di harapkan menjelaskan perilakunya dengan peraturan sosial yang telah menjadi kesepakatan bersama di dalam kehidupan kelompok. Proses sosialisasi individu melalui proses sosialisasi primer dan sekunder di lakukan dengan bantuan media maupun agen yang berperan penting dalam proses belajar oleh individu terkit. Agen sosialisasi tersebut diantaranya adalah keluarga, teman sepermainan,sekolah, media massa, dan lingkungan kerja.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling dekat dengan individu. Sebagai kelompok sosial yang paling dekat dengan individu terkait, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam proses sosialisasi anak dan proses pembentukan kepribadian, mengapa?
keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya.
Orang tua memiliki kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi.
Adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak







Rumusan Masalah
Bagaimana sikap tokoh sebagai makhluk monodualis dan monopluralis?
Apa itu Monopluralis?




Tujuan
Adapun Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sikap tokoh sebagai makhluk monodualis dan monopluralis dan menjelaskan apa itu monodualis dan monopluralis. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis.
Menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga suku,

Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui serta memahami dari apa itu monodualis dan monopluralis dan juga dapat di gunakan sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.













BAB II
PEMBAHASAN

Manusia Sebagai Makhluk Monodualis
Manusia di dalam pergaulan hidupnya selain sebagai makhluk individu di takdirkan juga sebagai makhluk social. Aristoteles seorang filsuf Yunani mengatakan bahwa manusia itu makhluk yang bernegaraatau manusia yang  berpolitik (zoon politicon). Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai keperluan, kepentingan atau cita-cita yang berbeda-beda dalam satu hal, sedangkan ciri manusia sebagai makhluk social antara lain adalah hidup berkelompok, kemampuan berkomunikasi, kesamaan rasa atau bekerja sama yang di rangkum dalam nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan dan nilai berorganisasi. Persamaan nilai tersebut akan membentuk kelompok yang lebih besar yaitu kehidupan bernegara. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk “monodualis” artinya manusia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.

Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perorangan atau sebagai diri pribadi. Sebagai diri pribad, manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna. Kalau kita cermati  beda-beda ciptaan Tuhan mempunyai unsur benda, hidup, naluri dan akal budi. Yang di maksud manusia sebagai makhluk individu yaitu manusia memiliki jasmani dan rohani serta manusia memiliki jati diri sendiri. Setiap manusia memiliki suatu perbedan yang membedakan satu antara lainnya sehingga manusia tak ada yang sama.
Manusia memiliki arti sebagai makhluk yang berakal dan berbudi. Makhluk sendiri memiliki arti bahwa segala sesuatu yang di ciptakan oleh Tuhan.sedangkan individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi, individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi. Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa individu artinya tidak berbagi atau satu kesatuan
Sebagai makhluk individu manusia mempunyaihak asasi yang melekat pada dirinya sejak ia lahir, seperti
Hak kebebasan
Hak milik
Hak hidup


Disamping hak, manusia juga memiliki kewajiban yang harus di emban dalam hidupnya, yaitu sebagai berikut:
Kewajiban terhadap Tuhan, yaitu menyembah dan beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya.
Kewajiban pada diri sendiri, seperti menjaga kesehata, menjaga keselamatan dan lain-lain.
Kewajiban kepada sesama makhluk Tuhan, khususnya manusia lain. Misalnya menghormati, tenggang rasa, kerja sama, dan lain-lain.
Kewajiban berbangsa dan bernegara. Misalnya membayar pajak, membela Negara, menjaga milik umum, menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.

Manusia sebagai makhluk sosial
Memang sudah takdir manusia di lahirkan menjadi makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial bermula dari ketidak mampuan manusia sebagai makhluk individu dalam memenuhi kebutuhannya.dari sini manusia mulai membutuhkan bantuan orang lain. Kemudian dengan sendirinya manusia bergaul dengan masyarakat sehingga timbul kesatuan antar individu yang saling meringankan beban satu sama lainnya.
Manusia tidak hidup dalam kesendirian. Bersosialisasi dengan sesamanya berhubungan dengan manusia lain konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif namun negatif positif dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang di akibatkan oleh interaksi antar individu.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk social selain yang cenderung untuk selalu berkelompok membentuk masyarakat.
Adapun yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat antara lain:
Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum
Hasrat untuk membela diri
Hasrat untuk melanjutkan keturunannya
Ikatan pertalian darah
Persamaan senasib sepenanggungan
Persamaan agama dan kepercayaa
Persamaan ideologi
Persamaan cita-cita dan budaya serta bahasa
Kesadaran mempunyai tempat tinggal yang sama



2.2  Manusia sebagai makhluk Monopluralis
“Monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rokhani (jiwa) dan jasmani (raga), sifat kodrat manusia terdiri terdiri makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi terdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis.
Kodrat manusia monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri antara lain:
Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus social
Kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan

Manusia sebagai makhluk yang terdiri atas Jiwa dan Raga
Sebagai makhluk individu manusia harus memiliki kesadaran diri. Realita, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya, serta dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
Manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial
Manusia tidak hidup dalam kesendirian, bersosialisasi dengan sesamanya berhubungan dengan manusia lain, konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang di akibatkan oleh interaksi antar individu. Nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang di akibatkan oleh interaksi antar individu.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk saling tolong menolong, setia kawan dan toleransi serta simpati dan empati terhadap sesamanya menjadikan suatu masyarakat yang baik, harmonis dan rukun timbullah norma, etika dan kesopan santunan yang di anut oleh masyarakat.
Manusia sebagai makhluk  sosial memiliki 2 hasrat yaitu:
Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang lain di sekelilingnya (masyarakat).
Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekitarnya.

Manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan bertujuan untuk mencapai tujuan baik secara duniawi dan secara surgawi kebahagiaan itu di capai bila manusia semakin menyempurnakan dirinya. Maka manusia secara bebas mengembangkan dirinya untuk semakin menjadi sempurna dan semakin baik. Manusia mengembangkan segi hidupnya, segi rohani, jasmani, pribadi, sosial, budaya, akal budi, emosi, relegiositasnya. Semua segi itu perlu di kembangkan secara seimbang.
Sesuai dengan pancasila sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Essa. Manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang maha Esa adalah manusia yang beriman meyakini tuhan serta menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan yang di anutnya.
Contoh umat muslim yang menjalankan ibadah tarawih serta puasa pada bulan ramadhan dan umat muslim yang menjalankan ibadah haji untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
 Tuhan beribadah kepada tuhan YME diperlukan suatu ilmu melalui pendidikan manusia dapat mengenal siapa Tuhannya manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan nama yang benar dan tidak benar.
memakmurkan bumi.
memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun.

2.3. Contoh Manusia Monodualis  dan Monopluralis
Biografi Kyai Haji Ahmad Dahlan
Lahir : 1 Agustus 1868 Yogyakarta
Meninggal : 23 Februari 1923 Yogyakarta
Dikenal karena : Pendiri muhammadiyah dan Pahlawan Nasional
Pengganti : K.H Ibrahim
Agama : Islam
Pasangan : Hj. Siti Walidah, Nyai Abdullah
Nyai Rum
Nyai Aisyah, Nyai Yasin
Anak : Djohannah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan
Siti Aisyah, Siti zaharah, Dandanah.
K.H Ahmad Dahlan merupakan seseorang Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir di suatu daerah bernama kauman yang tepatnya berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Beliau merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara dengan ayah bernama K.H Abu Bakar. Ibu beliau bernama Siti Aminah yang merupakan putri dari H. Ibrahim yang pada masa itu menjabat sebagai penghulu kesultanan Nganyogyakarta Hadiningrat. K.H Ahmad Dahlan lahir dengan nama kecil Muhammad Darwis. Beliau adalahgenerasi ke-12 dari salah seorang walisongo yang terkemuka dalam mendakwah Islam di daerah Gresik yang bernama Maulana Malik Ibrahim.
K.H Ahmad Dahlan Sebagai sosok Monodualis
Monodualis adalah peran manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Dalam hal ini, KH. Ahmad Dahlan di kategorikan sebagai makhluk individu, yaitu beliau telah mendapatkan hak hidup dalam kurun waktu 60 tahun, meskipun beliau hidup pada masa penjajahan, beliau masih dapat menikmati hak kebebasan, hak milik. Beliau adalah sosok pribadi yang hak kebebasan dalam hal menimba ilmu dapat terpenuhi. Beliau memperoleh pemikiran-pemikiran Islam dari tokoh-tokoh agama berkmuka di makkah pada zaman itu. Saat itu beliau menimba ilmu di luar negeri yang nantinya dapat di bagi kepada seluruh masyarakat di Yogyakarta. Dalam hal manusia sebagai makluk individu, K.H Ahmad Dahlan sudah memenuhi kategori ini.
Sebagai mkhluk sosial, K.H Dahlan sangat berperan penting dalam masyarakat pada zaman itu. Ilmu yang beliau peroleh saat di mekkah bersama Muhammad Abduh, Al-Afghani, rayid Ridha dan Ibnu Taimiyah, beliau bagikan kepada masyarakat sekitar rumahnya hingga beliau mendirikan organisasi Muhammadiyah. Meskipun sempat mendapat pertentangan dari pihak lain hingga dirinya diancam keselamatannya, beliau tetap mempertahankan keteguhannya untuk menyebarluaskan agama islam.

K.H Ahmad Dahlan Sebagai Sosok Monopluralis
Monopluralis artinya kodrat manusia yang terdiri atas jiwa dan raga, manusia sebagai makhluk individu dan sosial, dan manusia sebagai makhluk religius (Makhluk Tuhan), serta kodrat manusia yang terdiri atas jiwa dan raga.
Sebagai makhluk yang terdiri atas komponen jiwa dan raga, KH. Ahmad Dahlan menyadari potensi diri sendiri. KH. Ahmad Dahlan memiliki potensi luar biasa di bidang agama. Beliau memiliki referensi ilmu pengetahuan Islam yang lebih di bandingkan masyarakat lainnya. Beliau senantiasa mengembangkan ide-ide yang beliau miliki untuk di sebar luaskan kepada masyarakat Indonesia. Beliau memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan yang dia miliki dengan mengajak masyarakat muslim kembali ke ajaran islam yang murni, jauh dari bid’ah dan kesesatan.
Sebagai makhluk individu dan sosial, KH. Ahmad Dahlan memiliki sensitifitas tinggi terhadap kodisi masyarakat Yogyakarta saat itu. Kondisi masyarakat yang muslim yang mengamalkan ajaran islam tidak secara murni, membuatnya tersadar untuk mengajak masyarakat Yogyakarta kembali ke ajaran islam murni berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Beliau juga mengadakan perkumpulan-perkumpulan setiap minggu dengan masyarakat, mereka berdiskusi dan mempelajari agama islam.
Tidak hanya di bidang agama, KH. Ahmad Dahlan juga berjuang dalam perjuangan mencapai kemerdekaan yang di tandai dengan terpilihnya beliau sebagai pahlawan Nasional, beliau menyadarkan umat islam bahwa keadaannya sedang terjajah, dan harus melakukan tindakan untuk merebut kemerdekaan sedang terjajah, dan harus melakukan tindakan untuk merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Melalui organisasi Muhammadiyah, beliau bersma masyarakat membangun amal usaha sosial dan pendidikan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Beliau juga berhasil mengajak diskusi anak-anak kota yang nakal dan bergabung dalam Fathul Asror Miftahus Sya’adah. Mereka berdialog dan Tanya jawab tentang kritik terhadap diri sendiri. Sebagian dari mereka yang telah mendapat pencerahan batin menjadi aktivis Muhammadiyah dan menyebarluaskan ajaran Islam kepada seluruh Masyarakat.
KH. Ahmad Dahlan tidak hanya sebagai Makhluk Individu dan Sosial, beliau juga sosok yang religious. Beliau menjadi seorang Kyai yang menyadarkan masyarakat bahwasanya Tuhan itu Esa, agama Islam yang murni adalah yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Hal tersebut merupakan wujud memakmurkan bumi dari segi rohani. Perjuangannya mendirikan fungsi agama yang di maksud adalah Islam dengan tujuan agar bisa timbul keadaan saling menghormati, dan menyakiti karena Tuhan tidak menyukai kekerasan, manun dengan pendekatan-pendekatan religious.
















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, sudah di jelaskan bahwa KH.Ahmad Dahlan adalah contoh figure atau sosok yang memilikisifat Monodualis dan Monopluralis. Sikap beliau telah mencerminkan ciri-ciri manusia Mondualis yaitu menempatkan dirinya sebagai makhluk individu dan bersikap peduli dengan kondisi lingkungan, mengutamakan masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi.
Sebagai makhluk Monopluralis, KH. Ahmad Dahlan menunjukkan sikap yang mencerminkan sifat mnopluralis, KH. Ahmad Dahlan menunjukkan sikap yang mencerminkan sifat monopluralis. Beliau berhasil menmpatkan dirinya sebagai manusia yang memiliki kodrat jiwa dan raga yaitu menyadari potensi diri yang dimiliki dan mengembangkan potensi tersebut. Beliau  menempatkan diri sebagai makhluk Individu dan sosial serta bersikap religious sebagai wujud realisasi dari unsur sifat monopluralis yang ketiga yaitu Manusia sebagai makhluk Individu dan Makhluk Tuhan.
Manusia adalah makhluk dengan berbagai peranan dalam dirinya sendiri.dan seorang harus dapat mengaplikasikan itu semua secara seimbang dalam pengabdian masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh darikata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentuya dapat di pertanggung jawabkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat di harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.








DARTAR PUSTAKA
Anshorly, Nasruddin. 2010. Mahari pembaharuan: Rekam jejak KH.Ahmad Dahlan. Yogyakarta: JB Publisher
Basral, Akmal Nasery. 2010. Sang Pencerah. Jakarta: PT Mizan Publika
Mulkhan. 2010. Kiai Ahmad Dahlan: jejak Pembaruan Sosial Kemanusiaan. Jakarta: Penerbit Kompas
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan (diakses pada Selasa, 16 Desember 2014)
www.muhammadiyah.or.id/content-156-det-kh-ahmad-dahlan.html (diakses pada Rabu, 17 Desember 2014)
eprints.uny.ac.id

POWER POINT







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel tentang UNISDA